Wednesday, October 3, 2007

“1% Bakat + 99% Kerja Keras = The Greatest”

The greatest man on his field tidak timbul dengan tangan halus, rambut yang selalu tertata rapi dan wangi bunga mawar atau bunga-bunga lainnya, stamina yang segar bugar karena sehari tidur 7-8 jam sehari, otak yang masih fresh karena tidak pernah membaca buku atau berpikir tentang hal yang berat regardless kemampuan otaknya karena mungkin setiap hari kerjaannya hanya menonton sinetron atau sekalipun film hollywood yang hanya ecek-ecek yang bukan kelas oscar yang mungkin anak SD pun malah tertawa karena seringkali tidak masuk akal dan irreasonable. The greatest man on his field timbul dengan tangan yang kasar karena dia mungkin sering memukul-mukul meja atau benda apapun karena dia sering menemui keulitan ketika sedang berpikir namun tidak pernah menyerah sampai akhirnya dia berhasil, dia mungkin tidak akan punya waktu yang banyak untuk selalu memperhatikan kerapihan dan penampilan rambutnya karena menurut mereka mungkin yang paling penting adalah apa yang ada di bawah rambut itu, mereka mungkin saja tidak memiliki kondisi tubuh seperti orang normal lainnnya sebab dia mungkin hanya tidur kurang dari 4 jam sehari oleh karena ketika his peers tertidur lelap, dia mungkin sedang belajar, berpikir, atau memecahkan masalah yang mungkin efeknya tidak akan timbul dalam waktu yang dekat, mungkin ketika temannya membicarakan sesuatu hal yang simpel dia bisa saja tidak nyambung dengan apa yang mereka bicarakan karena mungkin dia sedang memikirkan hal lain yang menarik minatnya, yang tentu saja, yang berhubungan dengan bidang yang sedang digelutinya yang membuatnya a way ahead, otaknya butek, keruh karena terlalu sering digunakan tidak seperti sebagian besat orang Indonesia dan saya sendiri yang otak dan hati masih belum nyambung yang kata Prof Sri Edi terkena penyakit malas berpikir dan yang sedihnya bangga sekali hanya menjadi konsumen, dia mungkin tidak tahu siapa artis yang paling terkenal saat ini, film apa yang menjadi pembicaraan banyak orang dan menjadi phenomenon of the year.
Bila kita melihat orang-orang besar di berbagai bidang, seperti Albert Einstein, Grigori Perelman, John von Neumann, John Maynard Keynes, Soekarno, Bill Clinton, George Soros, Donald Trump, dan masih banyak lagi yang lainnya, yang menjadi pertanyaan adalah ‘bagaimana bisa’, iya kan? Apakah karena kapasitas otaknya yang berbeda dengan orang-orang ‘normal’ lainnya? Apakah karena mereka ‘jewish’ ? Pertanyaan yang terakhir, jawabannya bisa benar tapi bisa juga salah, kenapa bisa benar, lalu kenapa bisa salah? Dapat dikatakan benar karena memang benar orang-orang terbaik di hampir seluruh bidang adalah keturunan yahudi. Lihat saja Albert Einstein, orang yang disebut-sebut sebagai the best scientist in the world , Grigori Perelman yang berhasil memecahkan salah satu misteri dalam matematika, George Soros yang dapat dikatakan sebagai dewa dalam bidang finansial yang dengan permainan indahnya dapat menghancurkan perekonomian sebuah negara, David Beckham yang merupakan pesepakbola paling terkenal di dunia. Mereka semua merupakan keturunan Yahudi yang juga meruapakan ras Yesus Kristus. Lalu apa hubungannya? Hubungannya adalah jika kita melihat isi alkitab kita akan menemukan bahwa berungakali dikatakan orang Yahudi atau Israel meruapakan umat kesayangan Tuhan. Jadi bila kita melihat hubungan ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa memang ada faktor X dari apa yang membedakan mereka dengan sesama rekan seprofesinya, yaitu otak yang hanya dapat ditentukan oleh keinginan dari Tuhan. Mungkin bila orang lain melihat angka-angka, orang biasa akan memerlukan waktu yang cukup lama atau masih berada dalam average , namun orang yang ‘tidak normal’ akan dengan mudah memainkannya, kenapa mereka bisa seperti itu? Jawabannya adalah karena otak mereka berbeda! Sangat simpel jawabannya bukan. Namun bisa saja salah, bila kita melihat contoh John Maynard Keynes yang disebut-sebut sebagai ekonom terhebat di era modern, Bill Gates sebagai orang hebat yang mendirikan perusahaan Microsoft, Aristoteles yang merupakan filsuf terhebat dan terbesar sepanjang masa, dan masih banyak lainnya. Mungkin benar bila dikatakan bahwa orang terhehebat di bidangnya masing-masing yang keturunan Yahudi lebih banyak daripada mereka yang bukan, namun setidaknya ini membuktikan bahwa orang dari keturunan ras manapun bisa saja menjadi orang terhebat di bidangnya masing-masing. Lalu, seperti sebelumnya, mengapa mereka yang bukan keturunan Yahudi bisa? Menurut saya jawabannya adalah karena mereka menyadari apa yang menjadi minat terbesar mereka dan menggunakannya sebagai dorongan untuk menguasainya dan menjadi yang terbaik diantara yang terbaik, mereka mengorbankan waktu bermain, menonton, bercengkrama dengan teman-temannya, untuk berusaha keras untuk menjadi yang terbaik sebab mereka berpkiran waktu 24 jam sehari yang mereka miliki sama dengan apa yang dimiliki oleh rekan-rekannya sehingga apa yang membedakan mereka dengan rekan lainnya adalah seberapa banyak mereka memanfaatkannya. Jadi menurut saya bakat alam atau otak yang cemerlang hanya memainkan peranan yang sangat sedikit atas kehebatan seseorang karena saya sebagai orang yang percaya kepada Tuhan yakin bahwa Tuhan pasti adil bagi semua umatnya, dalam artian otaknya mungkin tidak terlalu jauh berbeda dengan yang lain, jadi terserah kepada passion dari tiap orang untuk mau berusaha, contohnya adalah banyak orang India, Jepang, China yang menjadi insinyur, dokter, atau ekonom yang hebat. Mereka bukanlah orang Yahudi! Namun, mereka mampu.
Coba kita renungkan dan bayangkan apa yang akan terjadi pada bangsa ini apabila setengah saja dari total penduduk bangsa Indonesia mau bekerja keras dengan mengorbankan waktu tidur, bermain, menonton, dan ngalor-ngidul ndak jelas untuk mau belajar dalam bidangnya masing-masing, entah itu dia adalah seorang artis, ekonom, insinyur, ilmuwan, musikus, penulis novel, pesepakbola profesional, etc. Kita pasti akan melihat bangsa yang kompetitif dan maju secara moral dan skill. Kita akan dapat melihat banyak orang Indonesia yang bermain dalam film-film hollywood, kita akan dapat melihat orang Indonesia meraih hadiah nobel bidang ekonomi atau menjadi staf pengajar kelas atas di MIT, Harvard, Princeton dan universitas-universitas top di dunia, kita akan juga dapat melihat bangsa ini mampu menciptakan satelit sendiri, kita akan dapat melihat orang Indonesia meraih penghargaan Grammy yang prestisius itu, kita akan dapat melihat orang Indonesia yang mampu mengalahkan JK Rowling sebagai penulis novel terkaya di dunia, lalu kita juga akan mampu menikmati sepak terjang Budi, Tono, Ujang bermain di MU, Juve, Real Madrid dan bahkan mungkin Indonesia menjadi juara dunia. Bila melihat daftar panjang ini orang lain yang tidak punya harapan, mungkin akan berkata ini hanya mimpi di siang hari yang tidak mungkin terwujud menjadi kenyataan, namun bagi saya yang percaya mimpi bisa menjadi kenyataan, ini tidak mustahil untuk dilakukan. Ini semua dapat terjadi namun mungkin hanya soal waktu saja.
Finally, mimpilah setinggi-tingginya karena tanpa mimpi Soekarno, Indonesia mungkin masih diajajah hingga saat ini, Einstein tidak akan pernah menjadi seorang Ilmuwan terbesar di dunia, dan masih banyak lagi contoh orang-orang besar yang tidak akan menjadi seperti apa yang mereka miliki tanpa mimpi. Percayalah bahwa bakat hanyalah 1% dalam menjamin seseorang untuk dapat sukses dan sisanya 99% kerja keras!


No comments: